Wednesday, September 2, 2009

Amanda mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja counter dengan berirama, sambil menggumamkan lagu favoritnya.


I decided long ago
Never to walk in everyone shadow
If I failed, if I succed
At least I live as I believe
No matter what they take from me
They can take away my dignity...

Amanda menghela nafas ketika akhirnya seorang pegawai toko memberikan paket buku pesanannya. "Dan, ini. 25 galleon." Tanpa basa-basi. Amanda mengambil 25 keping galleon, menyerahkannya kepada gadis di hadapannya, dan mengucapkan terima kasih. Lihat, kan? 25 galleon, jauh sekali berbeda dengan harga satu set seragam. Ck, ck. Buku, beres. Hm, berarti tinggal... kuali dan ramuan. Oh, hewan peliharaan juga. Tapi sebelum itu-- Amanda memandang ruangan toko tersebut dengan pandangan lapar-- ia tidak boleh melewatkan kesempatan emas menjelajah toko buku. Dengan semangat menggebu-gebu, Amanda menghampiri rak terdekat. Woa. Bukunya amat banyak, tentu saja. Amanda memandangi buku-buku tersebut satu persatu. Kebanyakan buku di situ juga telah berada di rak milik Amanda di rumah Paman Amethyst, tapì sebagian lagi belum. Sihir Gila untuk Penyihir Sinting, Bola Pecah : ketika nasib baik berubah menjadi nasib buruk, Pria yang Terlalu Mencintai Naga, wew, masih banyak ternyata buku yang belum ia miliki.

Amanda mencolek bahu Nathaniel. "Bawa alat tulis tak?" Untuk sesaat Nathaniel sibuk mencari-cari alat yang dapat digunakan untuk menulis. Kemudian ia menyerahkan sebuah pena bulu kepada Amanda. Amanda menemukan beberapa carik perkamen kecil yang biasa digunakan untuk memo di meja counter, dan menuliskan judul-judul buku yang belum ia miliki. Setelah selesai, ia memberikan perkamen tersebut kepada Nathaniel. "Tolong berikan pada Paman ya Nat." Amanda nyengir, kemudian melanjutkan, "Ini buku-buku yang belum ada di rakku, mungkin Paman bersedia mencarikannya untukku." Aduh, jadi merepotkan. Tapi, mau bagaimana lagi. Tidak mungkin ia membawa buku sebanyak itu ke Hogwarts, ditambah pula buku-buku itu tak tertulis dalam daftar. Di tengah kesibukannya melihat-lihat, matanya tertumbuk pada buku favoritnya : Quidditch Dari Masa ke Masa. Wah. Ia telah membaca buku tersebut ratusan kali, hingga ia hafal isinya. Amanda berkunjung ke beberapa rak lagi sebelum beranjak pergi ke luar toko, sambil bersusah payah mengangkat buku-buku pelajaran yang banyak itu.

(OOC: Credit : The Greatest Love of All - George Benson)

Labels: ,


7:38 PM