Wednesday, September 2, 2009

Cengiran Amanda lenyap ketika mendengar anak laki-laki itu mendengus keras. Well, sepertinya anak itu kesal. Amanda melirik stoples berisi kecebong di meja. Tutupnya basah. Ups. Kesalahan Amanda. "Kau, untung saja Flakier tidak kenapa-napa, ceroboh." Anak laki-laki itu menggerutu. Amanda menggaruk hidung, bingung mau berkata apa. Dia kan sudah minta maaf... Tidak, itu tidak cukup. Apa yang harus dia lakukan? Mencari musuh bahkan sebelum kau sampai ke tujuan bukan hal yang bagus.

Ditengah kebingungannya, seorang anak perempuan berjalan ke arah Amanda dan si anak laki-laki. Yang kemudian dilakukan oleh gadis itu benar-benar membuat Amanda tercengang. Anak perempuan itu mengambil kecebong dalam toples, bertanya bagaimana jika ia memencet makhluk itu. Amanda melongo. Apa-apaan anak ini? Stres mungkin. Kemudian semuanya berlangsung cepat. Si anak laki-laki menepis tangan si anak perempuan stres, memungut kecebongnya yang jatuh ke lantai. Seorang anak perempuan lagi datang, bertanya apa yang terjadi. Disusul oleh seorang anak laki-laki yang tiba-tiba menggelitik si anak perempuan stres. Ck, ck, ada apa sih ini...

Satu orang lagi datang, membawa ikan dalam plastik yang bocor. Dan dalam sekejap kerumunan telah terbentuk, mengelilingi meja tempat si anak laki-laki empunya kecebong duduk. Wew, ramainya.

Amanda menyadari, mereka memang menghalangi jalan, si anak laki-laki yang ia tumpahi butterbeer barusan mengatakannya. "Duduk, kalau mau," ujar anak lelaki itu lagi. Pusing karena semua kejadian beruntun itu, Amanda tidak menolak. Ia bergeser ke samping, menarik kursi di sebelah anak laki-laki kecebong, dan duduk. Oh, Amanda baru sadar kalau Nathaniel sedari tadi tidak ada disitu. Amanda mengedarkan pandangan sejenak. Ternyata sepupunya itu masih berdiri di dekat bar, menunggu kunci kamar. Dasar, kok tidak bilang sih. Ya sudah, kalau itu maunya.

Amanda memperhatikan orang-orang yang berkerumun di dekatnya. Ia senang dengan keramaian seperti ini. Siapa tahu ia bisa mendapatkan teman baru. Tidak peduli dengan kejadian yang sedang berlangsung, Amanda menoleh kepada korban tumpahan butterbeernya. "Maaf sekali lagi soal yang tadi. Begini saja, kau kutraktir, bagaimana? Hitung-hitung sebagai permintaan maafku." Amanda berkata dengan cuek. "Aku Amanda Steinhart, by the way. Kau?"

Personil kerumunan itu bertambah lagi. Bodo ah.

Labels: ,


6:50 PM