Saturday, August 29, 2009

Snowball Fight!

[Invited]
"Ayo cepat buka, Nat."
Nathaniel melempar tatapan sabar-woi kepada sepupunya, sementara kedua tangannya sibuk membuka bungkusan di hadapannya dengan perlahan--tidak ingin merusak bungkusnya. Jeh. Lama. Akhirnya ia mempercepat gerakan, membiarkan kertas yang membungkus benda itu terkoyak menjadi serpihan. Peduli amat. Sebuah kotak. Hitam, seratus persen kayu dengan pengait keemasan di bagian luar. Nat bertukar pandang dengan Amanda, kedua alisnya terangkat, mencari tahu apakah sepupunya tahu apa itu. Gadis itu mengangkat bahu. Well, jadi satu-satunya cara untuk tahu adalah dengan membukanya, rite. Baiklah. Nat menatap kotak itu sejenak, meraba tekstur yang berseliweran abstrak di seluruh permukaan kotak, kemudian setelah sekali lagi mengerling Amanda sekedar untuk meminta persetujuan, tangan kanannya melepaskan pengait--tanpa sadar ia menahan napas--dan membukanya.

Hening. Ini--apa sih ini? Di dalam kotak tergeletak sebuah benda bulat keemasan, empat besi kecil menahan keempat sisi--tiap seperempat diameter maksudnya, lingkaran tidak punya sisi--seakan untuk mencegah benda tersebut terbang dan kabur. Anak laki-laki berambut gelap itu memutar posisi kotak seratus delapan puluh derajat agar Amanda dapat melihat, siapa tahu gadis itu tahu apa sebenarnya it--

"Ya ampun, Nat!" Nat mengerutkan kening ketika melihat sepasang mata sepupunya berbinar, kelihatan senang sekali. Kenapa sih? "Ah ya, aku yakin kau tak tahu apa ini. Ini Snitch, Nat. S-N-I-T-C-H." He? Apa pula itu? Ia mendengarkan dengan seksama saat Amanda mulai berceloteh menjelaskan. Oke, Snitch itu bola. Digunakan dalam permainan Quidditch. Bisa terbang. Menyadari mulutnya sedikit terbuka, Nat cepat-cepat mengatupkan bibir, kemudian menunduk untuk mencari surat, kartu, atau apalah itu dari sang pengirim. Siapakah yang kurang kerjaan mengirimkan benda--ah ini dia.

Quote:


Bermain Quidditchlah sekali-sekali.
JANGAN SAMPAI HILANG. MAHAL.

Your Dad



Idih. Tidak jelas amat sih Dad. Bermain Quidditch, eh? Tidak tertarik, tuh. Nat melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. Wogh, terlambat. Diaconu pasti marah deh, ck. Ia bangkit, mengantungi kotak pemberian ayahnya, menghabiskan jus labu, kemudian berujar pada Amanda bahwa ia harus segera pergi. Kedua kakinya melangkah lebar-lebar melintasi Aula Besar. Ke halaman.

Halaman
Sebenarnya apa sih tujuan ayahnya memberikan Snitch padanya? Nat tahu ayahnya tahu bahwa ia tidak peduli pada olahraga lain selain sepakbola. So? Mungkin Dad ingin agar ia bisa melupakan olahraga favoritnya, menggantikannya dengan Quidditch. Kalau benar begitu--well, jangan harap.

Mata kecokelatannya menangkap siluet kedua temannya, Diaconu dan Ravn, tengah... err, melempar bola salju? Beberapa anak lain--kelihatannya sepantaran--entah, sepertinya semua sedang sibuk sendiri. Satu hal yang bisa Nat tangkap. Perang bola salju. Tangan di saku, ia melangkah menghampiri Diaconu, sedikit berjengit, khawatir terkena lemparan, dan berujar, "Memanggilku ke halaman, eh, Diaconu? Ada apa?" Dari sudut matanya ia melihat seorang anak laki-laki menabrak anak laki-laki lain. Nat menggelengkan kepala--kalau jalan lihat ke depan, boy.

(OOC : Lemparin Nat donk =9)

Labels: ,


7:07 PM