Saturday, August 29, 2009

Kompartemen 15-#3

Tangan Nat masih terulur, menunggu sambutan dari si gadis egois. Well, sebenarnya ia optimis anak perempuan itu akan menolak. Pemuda berambut hitam itu menoleh ketika menyadari anak laki-laki yang membuat ledakan juga meringsek masuk ke dalam kompartemen, seraya mengatakan pada sang gadis bahwa ia cerewet dan tak akan mendapatkan teman jika memiliki sikap seperti itu. Yeah, he is absolutely right. Nathaniel setuju padanya. Seratus persen.

"Aku juga tidak butuh uluran tanganmu, tidak perlu berpura-pura baik seperti itu. Aku benci orang munafik," kalimat sinis terlontar dari gadis di hadapan Nat. What the-- Rahang Nat mengeras, tangannya yang terulur ia tarik secepat kilat. Anak perempuan ini benar-benar tidak tahu sopan santun. Rasa optimisnya terbukti, dan ia menyesal--amat menyesal mengapa tadi ia bersusah payah mengulurkan tangan. Dadanya bergolak akibat rasa kesal yang luar biasa, tatapannya menghujam kedua mata anak perempuan itu. Nat menghembuskan napas dan memejamkan mata untuk meredakan amarahnya. Sabar, Nathaniel. Ingat ucapan Amanda, ia harus menahan emosi.

Seorang gadis lain--senior sepertinya, melangkah memasuki kompartemen, menaruh barangnya di tempat penyimpanan, kemudian mengulurkan sehelai sapu tangan kepada anak laki-laki yang duduk di pojok. Fine, gadis yang baik, bukan tipe orang yang senang mencari keributan, semoga. Nathaniel menyandarkan punggungnya pada kursi kompartemen. Tidur sajalah. Ia tak ingin menghadapi sesuatu yang aneh lagi.

Baru dua detik Nat memejamkan mata, sebuah suara gaduh membuatnya tersentak, matanya kembali terbuka. Di hadapannya kini, si gadis egois telah terjatuh kembali, sebuah koper--bertuliskan Isla Holmquist-- menimpanya. Hah, jangan harap ia akan kembali membantu gadis itu lagi. Dengan sigap Nat bangkit dan berusaha menahan koper miliknya sendiri dan sebuah koper lain yang telah meluncur jatuh dari tempat penyimpanan. Damn, mengapa masalah selalu mendatangi kompartemen ini, eh? Namun usahanya tersebut tak berhasil sepenuhnya--koper entah-milik-siapa berhasil ia tangkap, tetapi tidak dengan koper miliknya. Ia mengaduh dan meringis ketika koper yang luar biasa berat itu menimpa bahunya dengan keras, kemudian terjatuh dengan mulus... dan menimpa anak lelaki lain di sudut. Great. Bahunya pasti kini telah terkilir--atau patah mungkin--dan kemungkinan besar anak laki-laki yang turut tertimpa itu juga akan terluka. Argh. Benar-benar kompartemen sial.

Labels: ,


3:42 PM