Saturday, August 29, 2009

Kompartemen 15-#1

Cool. He made it.

Nathaniel meraba dinding yang baru saja ia lewati. Padat. God, keren. Tiga detik yang lalu ia baru saja melewati sebuah tembok batu begitu saja, like a ghost. Sesuatu yang tak masuk akal seperti ini bukan hal yang mustahil dilakukan jika kau berada di dunia sihir. Setelah puas dan benar-benar yakin bahwa tembok yang baru saja ia lewati terbuat dari batu, Nat membalikkan tubuh dan melangkah menuju kereta, mendorong troli dengan perlahan. Di sekelilingnya, di pelataran stasiun, berbagai macam penyihir berlalu-lalang. Anak kecil dan orang dewasa, semuanya bercampur baur layaknya sebuah komunitas, terlihat jelas bahwa sebagian besar anak-anak dan remaja yang berada di sana merupakan siswa Hogwarts.

Nat melongokkan kepala kesana kemari, mencari Amanda. Dimana gadis itu? Tak juga berhasil menemukan sepupunya, akhirnya ia memutuskan untuk naik kereta lebih dulu. Firasatnya mengatakan bahwa Amanda telah berada di atas kereta. Yah, semoga saja. Setelah menurunkan segala barang bawaannya dari troli, Nat pun mengayunkan kaki menuju Hogwarts Express, menyeret kopernya di belakang dan menenteng sangkar Zenas di tangan kiri. Damn, kopernya terasa amat berat, dalam waktu singkat ia telah merasakan pegal di tangan kanannya. Tak heran sebenarnya, mengingat segala macam barang yang ia bawa. Bola sepak dan saxophonenya menjadikan kopernya menggembung, overload.

Di atas kereta keadaannya tak jauh berbeda seperti di bawah. Ramai. Bising. Beberapa kali ia mencondongkan tubuh ke samping untuk menghindari orang-orang yang mondar-mandir di koridor, seenaknya saja berlarian sambil berteriak-teriak. Cih, apa-apaan. Nat mengacak rambutnya, kakinya mulai menyusuri koridor sempit yang diapit oleh berpuluh-puluh kompartemen, mencari satu yang mungkin masih menyisakan tempat. Sebenarnya ia lebih suka mendapatkan satu kompartemen kosong, terlebih lagi ia harus mendapatkan tempat untuk Amanda juga. Well, tapi sepertinya sepupunya itu telah melupakannya, meninggalkan Nat begitu saja tanpa bilang sesuatu apapun. Anak lelaki berambut hitam itu menggerutu dan bersungut-sungut kesal. Fine, kalau begitu untuk apa pula ia mencarikan tempat untuk gadis itu.

Nat melihat ke sebuah kompartemen--melalui jendelanya. Great. Kompartemen tersebut baru terisi oleh seorang gadis. Tapi--terkunci, eh? Ia mengetuk pintu kompartemen seraya berseru, "Hei, boleh aku masuk? Tempat lain sudah penuh." Ck, seenaknya saja mengunci pintu.

Labels: ,


3:35 PM