Saturday, August 29, 2009

Kelas 1 - Semua Asrama-#1

Tongkatnya bagus, ia baru sadar. Nathaniel memelintir tongkat kayu eldernya, mengamati setiap lekuk yang terpeta di kulit cokelat kehitamannya. Elegan. Kelihatan hebat dan tak terkalahkan. Wohoo, sejak kapan ia jadi perhatian terhadap sesuatu begini? Tangan kanan Nat memutar tongkat dalam genggamannya ke segala arah. Tongkat sempurna untuk penyihir sempurna. Ia menyeringai, kedua kakinya melangkah santai memasuki Rumah Kaca nomor 1, secara spontan berbelok ke kanan dan duduk di tempat yang kosong. Kelas Herbologi. Sudah tentu sama tak menariknya dengan Kelas Ramuan. Nat menguap, dengan mata sedikit berair--ngantuk--ia menatap ke depan sambil bertopang dagu setelah sebelumnya menyelipkan tongkat miliknya ke balik jubah. Entah mengapa otaknya menjadi tertarik dengan masalah pertongkatan--tidak penting, ya, terlebih lagi jika dikaitkan dengan kelas hari ini. Tidak perlu bawa tongkat juga sebenarnya, mengingat presentase digunakannya benda tersebut tak akan lebih dari lima puluh persen. Sok tahu kau, Nat.

Sang Profesor, yang memperkenalkan diri dengan nama Pomona Sprout, mengucapkan selamat pagi dan selamat datang, kemudian menjelaskan pengertian serta hal-hal dasar dalam pembelajaran Herbologi secara panjang lebar. Selesai dengan pidatonya, Profesor Sprout melambaikan tongkat ke arah papan tulis, tulisan terukir begitu saja seakan digoreskan dengan kapur tak kasat mata. Mendeskripsikan, eh? Jeh. Kalimat tersebut sama saja dengan 'baca sampai rabun lalu salin ulang' hanya saja diungkapkan dengan cara lebih halus. 6 jenis tanaman pula. Nat memandang tangan kanannya. Oh, tanganku sayang, tanganku malang--well, fine, ternyata berkelompok, berempat. Mungkin tidak akan terlalu buruk. Nathaniel merogoh saku, mengeluarkan pena bulu, botol tinta dan dua buah perkamen kusut. That's it, hanya itu yang ia bawa ke dalam rumah kaca. No book, no other things. Bukan apa-apa, masalahnya adalah tas yang biasa ia gunakan sedang dipinjam Amanda dan sialnya--sepertinya hilang. Jadi beginilah. Tapi ia tidak perlu cemas sih, karena sebagai permintaan maaf, sepupunya telah 'mewariskan' materi pelajaran Herbologi tahun lalu miliknya, yang notabene sama persis dengan materi Nat sekarang. So, he is a lucky boy.

Benarkah? Lihat saja. Yow, mari kita mulai. Nat membentangkan perkamennya di meja--yang kosong tentu saja, membuka tutup botol tinta, mencelupkan pena bulunya ke dalam botol tersebut dan dengan berisik membuka perkamen yang satu lagi. Ah. Dasar Amanda. Materi yang tertulis di atas perkamen ternyata tidak lengkap. Masih banyak yang kurang. Ck. Ya sudahlah. Berarti ia memang harus mencari kelompok. Tangan kanannya mulai bergerak, menggores perkamen dengan pena bulu.

Quote:

Aconyte
Aconyte, sering juga disebut Wolfsbane, Monkshood, Blue Rockets, Friar's Cap, Auld Wife's Huid, atau Devil's Helmet, merupakan sejenis tumbuhan beracun, terkenal karena merupakan bahan utama ramuan Wolfsbane, ramuan khusus para manusia serigala. Daunnya berbentuk mengari dengan tiap daun terdiri dari 5-7 bagian. Mereka dapat dibedakan dengan adanya satu dari lima kelopak daun yang berada di bagian belakang yang biasa disebut Galea yang berbentuk helm berbentuk silinder. Aconyte mempunyai 2-10 daun bunga, 2 di bagian atas berbentuk besar. Memiliki sebuah taji cekung yang berada di puncak paling atas yang memuat nektar. Tumbuhan ini akan terbelah dua jika sudah matang. Aconyte memiliki batang di bawah tanah yang lancip di bawah akar. Mahkotanya atau sebagian dari bagian atasnya merupakan cikal bakal dari tanaman yang baru. Jika tersentuh ujungnya akan mengakibatkan keadaan mati rasa dan perih.
Tanaman ini menjadi makanan dari sebagian spesies Lepidoptera seperti ngengat tikus. Akar Aconitum ferox menjadi bahan dari racun Nepal yang disebut Bikh, Bish, atau Nabee. Beberapa spesies Aconyte digunakan sebagai racun pada anak panah.
Sedangkan di dunia sihir, seperti yang telah saya sebutkan di atas, Aconyte terkenal sebagai bahan utama ramuan Wolfsbane. Ramuan tersebut membantu para manusia serigala untuk tetap berpikiran dan berhati manusia saat bertransformasi.

Eucalyptus
Eucalyptus merupakan penghuni asli benua Australia, namun dapat juga ditemukan di belahan dunia selatan, seperti di Filipina, Indonesia, dan Papua Nugini.
Berguna sebagai pewangi dan pembersih karpet, makanan koala, bahan furnitur mini, serta minyak essens untuk disinfektan.

Sebentar. Pegal. Nathaniel meluruskan tangan kanannya ke depan, sekedar beristirahat sejenak. Huah, masih banyak. Tidak boleh buang-buang wak-- Argh! Ia berseru kaget ketika melihat tangannya tanpa sengaja mendepak botol tintanya. Botol itu terguling, menumpahkan isinya tepat di atas perkamen yang telah ia tulisi dengan susah payah.

Shocked. Yang. Benar. Saja.

Seluruh permukaan perkamen telah hitam seluruhnya. Oh my. Nat memejamkan mata kesal, kemudian menarik perkamennya dan mengibaskan benda itu kuat-kuat, siapa tahu tinta yang menyelimuti masih bisa terhapus. Alhasil, cipratan tinta melesat kemana-mana, juga ke perkamen milik seorang anak di sampingnya. Nat menoleh. Well, anak itu ternyata Izarra. Ia mengerang kesal, dan tanpa basa-basi berujar, "Punya perkamen lagi tidak, eh?" Semoga Izarra punya. Masalah minta maaf nanti sajalah. Oh. Ia punya ide yang lebih bagus. "Err... Begini deh, keberatankah jika aku sekelompok denganmu?" Jawab tidak, please. Ia tidak mampu menulis ulang. Capek.

(OOC : Credit to Wikipedia dan Sellabloompicers. Izarra, sekelompok ya?)

Labels: ,


6:47 PM