Saturday, August 29, 2009

4-4-2-#3

"Ha--hai--Naaat."

Nat menoleh. Ah, akhirnya datang juga. Ia mengangguk ketika Joong meminta maaf karena terlambat. Well, ya sudah, mau bagaimana lagi memangnya? Marah-marah? Buang tenaga. "Yakin bisa memasukkan bola ke gawangku hari ini?" ujar Joong lagi. Nat mendengus, kemudian menyeringai dan melempar tatapan lihat-saja-nanti kepada teman Asianya itu. Belum tahu saja kau, Joong. Ia meneruskan juggling yang sempat tertunda karena kedatangan Joong, bahkan bersikap acuh ketika seorang anak lelaki berparas asia lain menghampiri, memperkenalkan diri sebagai Chiaki Lin, bertanya apakah ia boleh ikut bermain sepak bola. Nat mengacungkan ibu jari tangan kanannya tanpa menoleh. Silahkan saja kalau mau ikut.

Jugglingnya baru benar-benar terhenti ketika sebuah seruan mampir di telinganya, "OI KALIAN-- Sepak bola, hm? Aku ikut." Nat memutar leher mencari sang pemilik suara. Dan apa yang ia lihat? Hell. Jonathan L. Baned. Teman Amanda. Ralat. Sahabat Amanda. Oh, bukan. Pacar Amanda. Ngarang kau, Nat. Si Baned itu hanya teman biasa gadis itu, tidak lebih. Ya kan?

Cemburu, eh, Nat?



Nathaniel menggelengkan kepala, berusaha mengusir pikiran yang-benar-saja itu dari kepalanya. Tidak, dia tidak cemburu--enak saja--ia hanya peduli pada sepupunya, khawatir jika gadis tersebut memilih teman yang salah. Itu saja. Anak lelaki berambut gelap itu mengangkat dagu, memandang Baned dengan sinis, tak terlalu memperhatikan saat seniornya tersebut mengatakan sesuatu seraya menunjuk pemuda lain di sampingnya. Ah. Nat tahu siapa pemuda lain itu. Tak dapat dipercaya memang, tetapi Amanda membawa banyak foto saat libur musim panas lalu, mayoritas merupakan foto-foto teman-temannya, dan diantara sekian banyak lembar foto yang ia tunjukkan, yang paling membuat Amanda bersemangat saat membicarakannya--setelah Baned tentu-- adalah pemuda yang satu ini. Sylar Lazarus. Cih, apa sih kelebihan ular satu itu sampai-sampai Amanda pernah bilang bahwa gadis itu su--

PUK!

Eh? Nat tersentak, sadar dari lamunan, dan mengerjapkan mata saat menyadari siapa yang kini berada di hadapannya sambil berkacak pinggang. Wohoo, sepupunya tercinta. Amanda Steinhart. Mata Nat berbinar ketika gadis itu mengangsurkan majalah yang telah lama ia tunggu. Great, akhirnya. "By the way, main bola? Aku ikut," ucap gadis itu. What? Ikut main? Wow, wow, tunggu dulu, ia tak ingin mengambil resiko sepupunya akan terluka, terlebih lagi yang akan menjadi lawan Amanda adalah para anak lelaki. No way. "Tidak, Amanda. Dan please, aku sedang tidak ingin berdebat, oke?" ujar Nat, kemudian ia segera melihat ke arah lain, benar-benar tak ingin melihat raut wajah gadis tersebut yang pastinya kecewa. Untuk kebaikanmu, Amanda, mengertilah.

Satu orang lagi--ah, Sullivan, anak yang pernah ia lihat di danau--datang dan ingin turut bergabung. Welcome, deh. "Aku ikut. Aku setim denganmu." Sebentar. Itu tadi... benar-benar Lazarus yang berbicara? Well, tidak ada salahnya juga sih. Fine, he got one. Seorang anak lelaki lain--oke, si pegawai magang di toko tongkat, Nat ingat--juga turut berminat setim dengannya. Got two. 2 orang menyusul, yang satu membicarakan tentang dua orang perempuan--Diana dan Susan--apa sih? Masa bodohlah. Yang satu lagi secara tiba-tiba merangkul bahunya, memperkenalkan diri sebagai Theo--jujur, Nat terkejut, but he got three. Or four? Terserah.

Satu orang lagi datang, menggenapkan jumlah mereka menjadi sepuluh. Enough, sudah terlalu banyak nih. Nathaniel mengangguk setuju ketika Joong menyarankan agar mereka bertanding lima lawan lima. Nice idea. Nat memungut bolanya, mengedarkan pandang ke seantero halaman. Hm, tidak terlalu luas, tetapi cukup untuk dijadikan tempat bermain bola meskipun dengan konsep futsal. Ia mengedikkan kepala kepada seluruh anak laki-laki yang telah sepakat untuk turut bermain, mengisyaratkan mereka untuk beranjak ke tengah lapangan. Biarlah mereka menentukan sendiri posisi yang mereka inginkan.

Setelah yakin semuanya telah menempati posisi masing-masing, Nat menahan bola dengan bagian bawah sepatu kanannya, menoleh kesana kemari, mencari tahu apakah ada yang keberatan jika timnya yang memulai terlebih dahulu. Tidak ada? Bagus. Ayo kita mulai. Are you ready guys? Ah, tunggu. Ada yang terlewat. Nat berlari ke sisi lapangan--ke arah Amanda berdiri--merogoh saku, kemudian menyerahkan peluit yang telah ia siapkan kepada sepupunya. "Amanda. Kau. Jadi wasit, oke?" Ia mengedipkan sebelah mata, kemudian menambahkan, "Oh, but please, just stay here." Ia memberi tatapan tolong-jangan-membantah kepada Amanda sebelum kembali ke tengah lapangan, mengambil posisi lagi.

Siap? Baiklah. Setelah terdengar suara peluit, Nat melakukan first pass. Kick off!

(OOC : First pass to Arvid :3 Anggap Amanda sudah meniup peluit
- Tim Nat :
1. Arvid E. Corleone (striker)
2. Dean L. Mallandrt (striker)
3. Sylar Lazarus (Defender)
4. Theo P. Collin (Keeper)
- Bagi para personil tret ini, diharap menuliskan status di bagian atas post. Contoh, [Tim Nat] atau [Tim Kim] atau [Penonton], biar gak bingung, okeh...
- Alur : let it flow, skor pertandingan juga... =9
- Ketentuan dan peraturan lain lewat conf ^_^

Labels: ,


4:20 PM