"SERIUS?!" Dan tawa berderai, melukis tekstur jengkel di raut sang pemuda.
"Kenapa tertawa?" tanyanya cepat, sarkastik.
Kali ini tak ada jawaban. Hanya terdengar suara tawa yang ditahan--namun tak terlalu berhasil. Sang anak laki-laki empat belas tahun mengerling sepupunya dengan jengah. Ah. Dugaannya tepat, kan. Tawalah yang akan timbul pertama kali sebagai respon. Sudah pasti.
"Iseng, Amanda."
Gadis di hadapannya mencibir, menyikut rusuknya pelan. "Hm? Yakin? Ah, sepupuku sudah dewasa rupanya." Sebuah tepukan di pucuk kepala. "Apa yang kira-kira akan Paman Amethyst katakan jika tahu sang Gladstone junior ikut kencan buta ya?"
Nathaniel mengerang. "Oh, please, Amanda--"
"Tidak, tidak, tenang saja. Rahasia. Janji." Gadis itu mengedipkan sebelah mata, mengambil sekotak cokelat kodok lagi. "Ngomong-ngomong, Nat, kukira kau hanya akan bersedia kencan dengan Marvil."
No response. Kalimat telak. Pemuda Gryffindor itu tertegun sejenak, menelan ludah sebelum mengangkat bahu. "Well... tidak tahu."
Hanya kegiatan iseng, Gladstone, tenang saja./p>
Fine. Berterimakasihlah pada sang benak yang senantiasa mengingatkan, mengizinkan hatinya untuk merilis tawa tertuju kepada dirinya sendiri. Nathaniel mengambil posisi duduk dalam satu gerakan, kemudian bersedekap tanpa suara. Siapapun junior yang menjadi 'partner'-nya malam ini, gadis itu belum datang. Pandangannya kembali berputar, menatap satu persatu pribadi yang hadir--dan secara refleks mengerling setelan yang ia kenakan. Kontras. Salah kostum nampaknya--well, tak peduli. Nat mendengus samar saat menyadari pakaian apa yang ia pilih untuk event kali ini, so simple. Celana jins kelabu dengan T-shirt dan jaket hitam. Tak berlebihan. Sama sekali tak terlintas di kepalanya untuk mengenakan pakaian resmi--tidak, tentu saja tidak, ia tak seniat itu. Katakan ia payah, terserah. Toh tak ada yang spesial, dan hanya dilakukan hari ini, untuk Gryffindor. Sekali-sekali keluar dari jalan pemikirannya yang kaku dan monoton, tak ada salahnya, rite?
Benar. Tak menerima bantahan.
Apa sekarang?
Well, relakan diri kepada sang aktivitas menjengkelkan. Menunggu.
Labels: Blind Date, Gladstone