Monday, May 25, 2009

Gone with The Wind-#1

Pulang, ya? Lusa. Kujemput


Leander. Ck.

Makin parah saja, kan? Dunia sihir tak berubah menjadi lebih baik. Tak sesuai harapannya. Tak sesuai keinginan khalayak ramai. Salahkah berharap seperti itu, hm? Semoga tidak. Sayangnya--harapan tersebut dikhianati. Kemarin.

Langkah kecilnya mengayun perlahan, menerabas rerumputan musim panas yang berkilau akibat embun yang tertinggal. Mentari tengah tersenyum sepertinya, sinar keemasan milik penguasa langit itu mulai menyapa lembut--membelai kulitnya. Hari kedua di tahun keempatnya. Term baru, selalu menghadirkan hal baru di berbagai aspek. Perlengkapan sekolah, junior baru, nyanyian topi seleksi--hal yang baru itu menyenangkan, mate. Tetapi sungguh, sang gadis cilik sama sekali tak mengharapkan kejutan layaknya yang terjadi di Hogwarts Express kemarin. Kejutan--berupa peristiwa buruk. Begitu buruk bagi dirinya secara pribadi.

Amanda Steinhart memang melangkah dengan riang--kalian akan berpendapat seperti itu jika melihatnya, taruhan--tetapi hatinya gelisah. Terus menerus khawatir membuat hati menjadi amat sangat tak nyaman, kau tahu. Kepalanya menunduk disertai helaan nafas berat, kedua lensa kecokelatannya menatap makhluk kecil dalam dekapan. Hanya makhluk tersebutlah yang mampu menyunggingkan senyum di wajah gadis empat belas tahun tersebut, sejenak mengenyahkan kegusaran yang melanda. Mimzy, namanya. Seekor kelinci kecil berbulu kecokelatan--dari Leander. Entah ada angin apa sehingga sang kakak memberikan sesosok binatang peliharaan baru, untuk menemani Proteus, mungkin. Apapun, yang pasti keputusan Leander ia akui tepat. Mimzy-lah satu-satunya yang menjadi temannya saat para dementor menyerang. Makhluk mungil yang ia dekap erat saat kelebatan-kelebatan mengerikan mulai mengalun dalam ingatannya.

Masa lalunya lagi. Terpampang jelas tanpa cela.

Dementor--mampu membangkitkan kenangan terburuk seseorang, begitu yang selama ini ia dengar. Tetapi menghadapi makhluk hitam tersebut secara langsung dan menghadapi kenyataan bahwa apa yang selama ini ia dengar adalah tepat adanya--benar-benar di luar dugaan. Saat itu ia tak mampu berbuat apa-apa. Hanya bisa memeluk lutut dan sang kelinci di sudut kompartemen, lagi-lagi dengan tubuh gemetar. Amanda bersyukur tak ada orang lain disana, sehingga dirinya tak akan terlihat konyol. Ia sengaja menempati kompartemen yang kosong, memang. Tak ada Larry. Tak ada Nathaniel. Ia sendiri, berkutat dengan kenangan yang masih terus menyiksanya tanpa ampun. Saat itu dirinya menggeleng berkali-kali, berharap dengan begitu segala peristiwa terburuk dalam hidupnya tersebut dapat terlempar keluar dan tak lagi mengganggu. Tidak berhasil, tentu. Well, setidaknya ia selamat, tak terjadi hal yang lebih konyol--pingsan misalnya, atau menangis. Wohoo, tidak. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangis lagi. Yang satu itu berhasil.

Dan--sesuai prediksi, sepucuk surat datang saat sarapan pagi tadi. Leander. Secepat itu informasi beredar, hm? Memintanya untuk pulang, berkata panjang lebar bahwa ia sangat cemas dan berkata bahwa pemuda itu telah 'menegur' Nathaniel karena tak menemani Amanda di kompartemen yang sama. Menegur, ya, dalam artian sebenarnya. Detik berikutnya sepupunya menghampiri dengan wajah kusut dan bersungut-sungut, disertai serpihan perkamen hangus di rambut hitamnya. Demi Merlin--Howler. Terkadang Leander bisa menjadi seseorang yang terlalu berlebihan, astaga. Nathaniel turut memintanya pulang. Bodoh. Yang benar saja kalian, hah. Tidak mungkin ia pulang di awal tahun ajaran baru. Tidak mau. Lagipula bukankah Leander sendiri yang bilang bahwa Highbury Crescent tidak aman? Ia jadi tidak mengerti. Mereka terlalu over protektif. Hal yang menurutnya tak perlu, seorang Amanda Steinhart mampu menjaga dirinya sendiri.

Well, sepertinya mereka tak percaya. Fine. Yang pasti ia tak mau pulang.

Ngomong-ngomong, mau kemana, eh?

Mencari Hagrid, sebenarnya, tetapi ia sendiri tak yakin pria besar itu ada di gubuknya. Amanda ingin bertanya perihal makanan yang dapat diberikan untuk Mimzy, berharap Hagrid dapat memberitahu dimana ia dapat menemukan selada atau wortel segar. Wogh, dan kalian tahu apa yang ia temui? Orang-orang yang ia kenal tengah berada di depan sana. Ada... wew, prefek Balin, dan--err, oke, prefek McCafferty...

Please, Amanda, tidak perlu ingat kejadian di jembatan lagi, kenapa sih?



...ada sahabatnya, juga 2 orang gadis, junior sepertinya. Oh, dan Bleki. Great. Pagi hari yang keren. "Pagi, semua." Amanda mengangguk dan tersenyum lebar, kelereng kecokelatannya sedikit berbinar. Ia rindu mereka semua--kecuali Larry, mungkin, secara liburan musim panas lalu ia habiskan bersama sahabatnya itu. "Err... ada yang lihat Hagrid? Oh, ini Mimzy, by the way, kelinci--"

DUAK!

"ADUH!!"

Interupsi. Amanda menoleh cepat, mencari tahu sumber suara tersebut. Seorang gadis cilik tengah terduduk di bawah pohon--habis menabrak, sepertinya. Ya ampun. Amanda bergegas menghampiri, berjongkok disamping gadis itu. "Kau, apakah ada yang terluka?" tanyanya seraya mengerjapkan mata, memandang kening anak perempuan di hadapannya. Memar. "Itu--perlu kuantar ke rumah sakit?"

Tawarannya serius lho.

Labels: ,


2:44 PM