Welcome to Leaky Cauldron-#1Tiga, rite? Ya, hari ini merupakan hari yang terpilih sebagai kali ketiga Amanda mengunjungi bar kumuh itu, Leaky Cauldron--Kuali Bocor--tempat sakral para penyihir, gerbang sekaligus pembatas antara kota London tipikal Muggle sejati dengan sang Diagon Alley, tempat termasyhur bagi bangsa penyihir. Ada yang berbeda kali ini, tentu saja. Tak seperti satu dan dua tahun lalu dimana gadis itu berperan sebagai konsumen a.k.a pembeli--well, meskipun tahun lalu ia hanya bertindak sebagai teman berbelanja Nathaniel sekaligus
tour guide--tahun ini ia mendapatkan kesempatan langka menjadi seorang pegawai magang. Tidak, kau tidak salah dengar, absolutely, Pegawai Magang. Di Leaky Cauldron, bersama empat orang lainnya. Langka, ya, karena tak semua orang bisa mendapatkan pengalaman tersebut, ditambah pula dengan fakta tak semua orang dapat merasakan nikmatnya mendapatkan 50 galleon hasil jerih payah sendiri. Nice.
Then, mengapa seorang Amanda Steinhart mengincar 50 keping galleon, eh? Bukan, bukan karena ia kekurangan uang sedemikian rupa sehingga terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari--tentu saja bukan. Buka telinga lebar-lebar, kawan-kawan, but, tutup bibir kalian rapat-rapat jika ingin mengetahui alasannya. Ehem,
the main reason adalah... hadiah ulang tahun untuk Larry. That's it. Sst, jangan katakan apapun pada sahabatnya itu, please. Tak akan menjadi sebuah kejutan kalau begitu.
Jalan besar London terlihat lengang, tak seperti biasanya. Amanda dapat merasakan bulu kuduknya meremang, sang organ jantung secara tiba-tiba sepakat untuk meningkatkan tempo detak. God, perasaan apa ini? Ia menghela nafas perlahan. Just relax. Lupakan berita mengerikan itu, tak perlu dipikirkan.
Tak perlu dipikirkan, yeah, ngomong sih gampang. Sekali lagi kelebatan editorial
Daily Prophet berkeliaran di benaknya, menyusup ke dalam relung hatinya. Berita yang benar-benar mengguncang jagad sihir itu, berita paling menghebohkan dalam rentang waktu belakangan ini. Sang menteri sihir terbunuh. Dibunuh lebih tepatnya, oleh Death Eater--Pelahap Maut--dan fakta tersebut tak ayal lagi semakin menebar atmosfer mencekam yang telah lama menyelimuti dunia sihir, membuat siapapun khawatir dan cemas... terlebih dirinya.
Amanda menelan ludah, merasa terekspos di tengah kesendiriannya, tanpa Nathaniel. Tanpa seseorang di sampingnya. Tak sepenuhnya sadar akan apa yang ia lakukan, gadis berambut kecokelatan itu mempercepat langkah, satu tingkat... lalu dua. Mengerling orang asing yang berlalu lalang di sekelilingnya, ia kembali meningkatkan derap langkah, semakin cepat, hingga status gerakannya berubah menjadi berlari. Astaga, paranoid berlebihan, sungguh. Ia menghela nafas lega saat kedua matanya menangkap siluet pintu tua Leaky Cauldron. Sampai. Dengan selamat.
Dengan sekali sentak dan terkesan sedikit tergesa, Amanda membuka pintu, berjengit ketika bunyi berkeriet familiar terdengar. Ramai. Awal term baru selalu menghadirkan wajah baru, membangkitkan semangatnya. Menyambut para junior cilik selalu menyenangkan. Well, tebak. Sepertinya ia terlambat. Amanda menyelusup ke balik bar, mengangguk sopan kepada partner magangnya yang lain seraya melempar senyum dan menampakkan raut bersalah. Ah, maaf jika ia terlambat. Saatnya bekerja.
"Permisi, bisa pesan satu kamar dan juga cappucino hangat serta tiramisu?" seorang gadis berambut cokelat dan berkulit sawo matang menyerukan pesanan. Amanda tersenyum, mengangguk cepat dan menanggapi,
"Tentu saja bisa, Miss. Here it is, kunci kamar 114, satu cappucino hangat dan tiramisu... 16 sickle 25 knut. Terima kasih banyak." Sudah tepatkah sikapnya? Semoga.
"Bisakah saya memesan satu kamar dan segelas capuccino?" Seorang gadis lagi, dan persis, berambut cokelat, namun memiliki nuansa pink pada beberapa helai rambutnya. Cat? Wew.
"Sure, Miss. Silahkan, ini kunci kamar 115, 3 sickle dan 25 knut untuk capuccino. Semoga harimu menyenangkan," tutur Amanda, senyuman senantiasa terpasang. Engsel lehernya menoleh saat satu pesanan kembali mendarat di telinganya. Ho, Wardell.
"Selamat pagi, Wardell. Butterbeer, eh? Well, if you wish it." Segelas Butterbeer segera ia serahkan pada juniornya tersebut. Great. Ternyata tak hanya para siswa baru yang datang.
"Permisi! Tolong kamarnya satu, atas nama Hellmington!" Anak perempuan--lagi--mengangkat tangan. Pemesan yang baik.
"Silahkan, Miss, kamar nomor 116. Terima kasih." Hm, sepertinya gadis ini mirip seseorang. Siapa ya?
"One room for me, please! And, maybe one butterbeer!" Akhirnya seorang anak lelaki. Amanda menyambar sebuah kunci dan segelas Butterbeer, mengerutkan kening saat mendengar kalimat selanjutnya dari sang pemesan. Sabar.
"Here it is, dear, Sir. Kamar 117, 2 sickle untuk Butterbeer. Terima kasih.""Aku pesan 1 kamar atas nama Xavier Shieldheart." Dan apalagi? Cola dan Cokelat Cips? Segera datang.
"Ini dia, Mister Shieldheart. Kamar 118, dan 3 sickle 5 knuts untuk Cola dan Cips. Terima kasih banyak," ucap Amanda ramah, menyerahkan pesanan. Next? Seorang ibu datang, mengucapkan pesanan dengan cepat.
"Neng... Neng... Neng geulis anu didinya. Pang mesenkeun kamar hiji atuhnya geulis." Hah? A-apa? Amanda mengerjapkan mata, tak dapat menangkap apa yang sebenarnya dikatakan sang ibu. Itu... bukan bahasa Inggris? Ia menggaruk kepala, bingung. Seorang anak lelaki menyelamatkan dirinya dari ketidakmengertian, dengan menerjemahkan keseluruhan ucapan wanita yang kelihatannya adalah ibunya. Ah, ya ampun. Pesan satu kamar toh.
"Oh... Baik, ini kunci kamar 119. Terima kasih, have a nice day," ujarnya seraya menghembuskan nafas lega secara samar. Inggris dengan keberagaman suku, memang kadang merepotkan.
Seorang gadis lain mengangkat tangan, berkata bahwa ia memesan kamar atas nama Salvatore... dan segelas butterbeer. Eh? Salvatore? Amanda menelan ludah. Nama yang amat familiar. Dengan segera ia mengambil kunci kamar dan segelas butterbeer, kemudian berseru,
"Miss Salvatore, silahkan ambil pesanan Anda disini. Kamar nomor 120, dan 2 sickle untuk butterbeer. Terima kasih." Huft. Anyone else? Masih ada. Lima gelas butterbeer? Wohoo. Akan segera datang.
"Silahkan, 5 gelas buterbeer, 10 sickle." Great. Ramai sekali. Amanda menghela nafas. Lumayan juga.
(OOC : Mohon diperhatikan, yang telah dilayani :
Kimiko Heath
Karolyn T. Tzagournis
Helen C. Wardell
Jodie S. Hellmington
Silvester D. Stoone
Xavier Shieldheart
Rizuki L. Hyuga
Primavera E. Salvatore
Mikaela X. V. Croixante-YuurenJika ada yang salah atau terlewat, silahkan PM saya.)
Labels: Steinhart, Welcome to Leaky Cauldron