Thursday, April 9, 2009

Swimming Race-#1

Siang hari di musim panas. Nice.

Hentakan kaki bersemangat bergaung di dinding batu yang mengelilingi tangga menara, turun, berlanjut terus hingga berhenti di Aula Depan. Hiruk pikuk mengambang di udara, para siswa berlalu lalang, saling melempar sapa satu sama lain. Amanda menarik nafas dalam-dalam, kedua tangan di saku, senyum lebar terlukis di wajahnya. Another great day.

Membawa langkah menuju halaman, gadis cilik itu mengangguk dan menyahut sopan ketika beberapa orang menyapanya, sinar mentari yang begitu terik terpantul pada hazel kecokelatannya, binar kebahagiaan melengkapi. Ya, kini tiap hari merupakan hari yang luar biasa baginya. Sejak terkuaknya fakta mencengangkan saat liburan musim panas kemarin, senyum tak pernah lepas dari bibirnya, semangat menguar dengan menggebu. Ternyata dirinya punya seorang kakak. Ya. Leander. Seseorang yang bahkan tak pernah terlintas sejenakpun di benaknya, tak pernah ia bayangkan ada. Kini dirinya bukan lagi Steinhart satu-satunya di muka bumi.

Keresak rerumputan mengiringi kedua kakinya melintasi tepi danau. Well, sebenarnya kalau dipikir-pikir, bukan saatnya berlarut-larut dalam kebahagiaan, bukan waktu yang tepat untuk terlena dalam euforia. Bertambahnya anggota keluarga bisa mengindikasikan berbagai macam hal dan berpengaruh banyak, tentu. Dan secara keseluruhan akibat yang timbul tak hanya para elemen segi positif, tetapi juga sang sisi negatif. Amanda tak sendiri lagi, oke, itu salah satu pengaruh yang amat sangat baik dan menyenangkan. Tetapi, di bawah naungan dunia sihir yang tengah dirundung kecaman yang menyesakkan dan menimbulkan kekhawatiran di atas rata-rata, maka sikap waspada pun harus ditingkatkan ratusan kali lipat, mata dan telinga wajib dibuka lebar-lebar, tongkat selalu siap sedia. Karena itulah, munculnya sang kakak sesungguhnya meningkatkan kecemasan yang mendera batin Amanda, ketakutan akan kehilangan seseorang yang disayangi bertambah besar. Kehilangan lagi anggota keluarga yang baru saja kembali setelah disinyalir meninggal dunia tujuh tahun lalu? No way, itu tak boleh dan tak akan terjadi.

Amanda memandang danau hitam di hadapannya, kemilau bening tersebar dalam formasi abstrak di atas riak kelabu, berkilat keemasan, bias dari cahaya penguasa langit siang hari. Cuaca yang tak mendukung aktivitas berjalan-jalan di luar kastil memang, namun entah mengapa hatinya tak merasa nyaman jika raganya hanya mengendap di dalam, belajar atau tidur--tidak sekarang. Ia pun tak tahu pasti apa yang akan ia lakukan disini. Duduk di bawah pohon sambil mengulang pelajaran Rune Kuno mungkin, atau--berenang, eh? Kelereng kecokelatannya bergulir saat mendengar kecipak air tak jauh dari tempatnya berdiri, menangkap dua sosok yang tengah berada di dalam danau. Windstroke dan Trance. Sementara di tepian, terlihat tiga gadis lainnya, err... Dawghew, Crossroad, dan Solathel? Wohoo, kumpul siswa kelas tiga.

Memutuskan untuk menghampiri teman-teman satu angkatannya, ia kemudian mengambil posisi duduk di samping Dawghew. Mengerling gadis Slytherin di sebelahnya dengan sedikit canggung, Amanda teringat akan peristiwa dua tahun lalu di kamar mandi Myrtle, peristiwa yang bisa dibilang tak meninggalkan kenangan menyenangkan. Tapi, well, akan lebih baik jika menganggap segalanya tak pernah terjadi. "Pagi, Dawghew. Apa kabar?" ujarnya dengan senyum simpul. Sapaan basi, ia akui. Otaknya tiba-tiba berkarat sepertinya. Kemudian pandangannya beralih, kini pada sang gadis musang, Amanda menepuk bahunya pelan. "Crossroad, kau akan berenang jugakah? Apakah tidak berbahaya?" tanyanya dengan sedikit nada cemas dan ragu. Cumi-cumi raksasa itu benar-benar ada atau tidak?

Labels: ,


4:01 AM