Friday, April 10, 2009

Astronomi-#1

"Please, bantu aku, Amanda."
"Tidak. Cukup Herbologi dan PTIH saja, Nat."
"Sekali lagi saja. Ayolah. Aku sama sekali tak mengerti Astronomi."

Nathaniel menatap lekat sepupunya, berusaha memasang tampang dan mimik mengiba, tangan kanannya mengguncang lengan sang gadis, mengindikasikan 'please, please, boleh ya' secara non verbal. Hiruk pikuk Aula Besar begitu memekakkan, beberapa kali ia mendelik tajam ke arah kerumunan siswa yang berseru-seru tak jelas serta sekumpulan gadis yang terkikik nyaring berkali-kali. Apa-apaan itu. Dasar cewek.

Saat ini mereka berdua tengah melaksanakan ritual harian penting yang dilakukan untuk menunjang kehidupan dan mempertahankan kesinambungan populasi manusia : makan malam. Nat berteriak dalam hati saat melihat gadis di hadapannya menghela nafas, merogoh tas hitamnya dan mengeluarkan secarik perkamen lusuh. Tersenyum puas, anak lelaki itu menerima sang perkamen dengan sukacita, membaca sekilas apa yang tertulis disana. Sip. Uraian materi Astronomi kelas 2. Kalender, eh? Apapun itu, ia tak peduli. Yang penting bekal untuk mendapatkan nilai sudah di tangan. Wohoo, picik sekali kau Gladstone. Kira-kira apa yang akan Dad lakukan dan katakan jika mengetahui putra semata wayangnya mendapatkan nilai bagus dari hasil jerih payah sepupunya? Memberikan raut kecewa campur marah? Pasti. Hukuman juga, mungkin. Ceramah panjang lebar, tak diragukan lagi. Lalu--tahu begitu apakah Nat akan mengurungkan niatnya? Tentu tidak.

Oh, please, diamlah kau benak. Jangan ikut campur.

Melipat perkamen dalam genggaman dan memasukkannya ke dalam saku jubah, ia menghabiskan suapan terakhir kentang rebus miliknya, meneguk tandas limun jahe, kemudian bangkit setelah menyambar arloji Amanda dari atas meja. Kelas Astronomi, lima menit lagi. "Terima kasih banyak, Sepupu. Love ya." Nat tersenyum jenaka, mengembalikan arloji kepada pemilik aslinya seraya bangkit dan berjalan melintasi koridor yang terbentuk antara meja panjang asrama elang dan musang. Langkah kaki ringannya teredam oleh celotehan lima orang junior Hufflepuff yang sepertinya tengah meributkan tongkat siapa yang lebih hebat. Tercengang sejenak, Nat menggelengkan kepala tak percaya sebelum kembali mengayunkan kedua kakinya. Ck ck, yang benar saja. Dasar junior.

Kelas Astronomi
Astronomi. Salah satu--ralat, satu-satunya--mata pelajaran yang selalu berhasil membuat kepalanya secara tiba-tiba menjadi kosong, blank, dan yang mampu ia lakukan hanya menatap hampa Profesor Sinistra dengan mulut sedikit terbuka. Tidak mengerti sama sekali. Serius. Entah mengapa materi astronomi tak pernah meraih posisi manapun dalam daftar 'pelajaran yang menarik', semakin menyurutkan semangatnya untuk mengenyahkan ketidakmengertian serta membasmi kebodohan yang senantiasa mampir saat kakinya menginjak Menara Astronomi. Tetapi tidak kali ini. Nat melangkah melintasi pintu kelas, mengerjap sekali saat melihat langit siang hari telah menggantung di bagian atas kelas, amat kontras dengan langit malam asli yang menampakkan rupanya melalui jendela. Wew. Layout kelas baru. Mengambil posisi di bawah langit cerah berburung--what the--ia membuka telinga lebar-lebar, berusaha menangkap segala penjelasan yang meluncur dari bibir sang profesor.

Benar kan. Kalender. Solar, Lunar dan Lunisolar. Pilih salah satu? Fine. Itu semua tergantung kepada apa yang tertulis di perkamen pemberian Amanda. Nat merogoh sakunya, membentangkan lembar kecokelatan tersebut di atas meja. Solar ternyata. Baiklah.

Sebentar. Kalau ia tidak salah dengar, berpasangan, eh? Ah. Sial. Tak terlalu memperhatikan siapa yang duduk di sampingnya, Nat mengerling ke samping, mencari tahu sia-- For God's sake, you must be kidding him.

Holmquist. Gadis di kereta. Nathaniel berdecak tak percaya. Bukan hari keberuntungannya ternyata. Namun ada yang berbeda kelihatannya. Gadis itu terlihat pucat, raut wajahnya seakan... err--sedih? Well, bukan urusannya. Terpaksa deh. "Sst, Holmquist," ujarnya pelan seraya menggeser sang perkamen. "Bagaimana jika kita membahas Kalender Iran?"


Kalender Solar adalah kalender yang didasarkan dari musim & pergerakan matahari. Berikut akan kami jelaskan secara singkat mengenai salah satu contoh Kalender Solar, yaitu : Kalender Iran.

Kalender Iran adalah Kalender Hijriah Solar (kalender Hijriah dengan perhitungan matahari). Selain berlaku di Iran, kalender ini juga dipakai di Afghanistan dan Tajikistan sebagai sesama rumpun bangsa Persia.

Kalender Iran diciptakan Raja Cyrus tahun 530 SM, dan dibuat lebih akurat pada awal abad ke-12 oleh ahli matematika dan astronomi yang juga sastrawan, Umar Khayyam (1050-1122). Tahun baru (Nawruz) selalu jatuh pada awal musim semi. Nama-nama bulan adalah Farwardin, Ordibehest, Khordad, Tir, Mordad, Shahriwar, Mehr, Aban, Azar, Dey, Bahman, Esfand. Enam bulan pertama 31 hari dan 5 bulan berikutnya 30 hari. Bulan terakhir, Esfand, 29 hari (tahun biasa) atau 30 hari (tahun kabisat).


Terputus sampai disitu. Nat mengerutkan kening. Selesai di situkah? Yah, setidaknya tiga paragraf tak terlalu buruk. "Sisanya bagianmu, Nona," ujarnya, menyeringai. Kata-kata ironi.

Labels: ,


10:56 AM