4-4-2-#9Ini-- De ja vu. Sungguh.
Awan terus membuka lebar-lebar sekat bendungannya, mengguyur segala sesuatu yang tegak berdiri di atas permukaan bumi dengan curahan sang air bening. Nathaniel mengusap wajahnya berulang kali, berusaha menjernihkan pandangan yang berulang kali dikaburkan tetesan hujan, meskipun sebenarnya ia tak terlalu peduli. Sekujur tubuhnya telah basah kuyup. T-Shirt dan celananya menempel di kulit, membuatnya sedikit jengah. Cuaca sial. Nat melirik rerumputan yang terhampar, tempat ia berpijak. Genangan air kini bertebaran tak terhingga, membuat sepatu ketsnya tenggelam sebagian--air merembes masuk dan membasahi kedua kakinya. Masuk angin
will coming soon.
Ngomong-ngomong de ja vu, statement tersebut sama sekali bukan basa-basi, FYI. Kedua mata anak lelaki dua belas tahun itu bergulir ke kanan mengiringi tolehan kepalanya, menatap sekilas pada formasi pertandingan. Posisi tim lawan ditambah strategi timnya sendiri, cuaca, lapangan--secara keseluruhan amat mirip dengan pertandingan setahun yang lalu. Pertandingan dalam turnamen divisi tingkat junior, salah satu turnamen paling bergengsi di ranah Inggris terutama para klub junior London--
it's professional, not amateur. Ketika itu rasa menyesal luar biasa menghujam jantungnya, deras hujan yang turun melengkapi kegalauan yang menyerbu sang benak. You bet. Mereka kalah. Akibat hujan kurang ajar yang datang di waktu yang amat sangat tidak tepat, gara-gara tubuh mereka tak terbiasa dan tak mampu beradaptasi dengan cuaca buruk, dan penyebab utama kegagalan dirinya tentu saja : Dad.
Ah. Nat menghela nafas. Perasaan itu hadir lagi. Please, Gladstone, jernihkan pikiranmu. Fokuslah. Lupakan hal-hal menyesakkan yang telah berlalu, sama sekali TIDAK PENTING, tahu? Secara samar kepalanya mengangguk, menyetujui nuraninya--tentu saja. Terkadang rasa heran menyergap benaknya akan kekontrasan kedua belah hatinya, bahkan mungkin ia tak akan heran jika suatu saat vonis menyatakan bahwa seorang putra keluarga Gladstone memiliki kepribadian. Wohoo, ngelantur kemana sih? Coba kembali perhatikan apa yang terjadi dengan bola kesayangannya--
Ck. Joong. Entah perasaannya saja atau bagaimana, anak laki-laki benua Asia itu selalu berada di tempat dan waktu yang pas. Beruntung saja sepertinya. Bola digulirkan, arah pastinya Nat tak dapat memprediksi, just take a look--bagus Lazarus. Sebuah seringai mendarat di sudut bibirnya saat sosok senior ular tersebut memotong operan Joong dan segera menembak ke arah gawang. Right decision. Nat berlari mendekat, kecipak air berlangsung seirama. Kedua matanya melebar saat menyaksikan sang bola memantul kembali dan sang kiper sedang berada dalam keadaan yang jauh dari kata menguntungkan.
K. E. S. E. M. P. A. T. A. N.
Berlari menyambut bola liar--sedikit terhambat oleh pakaiannya yang berat--Nat melompat, tanpa berpikir panjang menyundul benda bulat hitam putih tersebut menuju titik gawang yang terbuka lebar tak terkawal. Ia membiarkan seluruh kausnya kotor saat tubuhnya mendarat dengan sukses di atas rerumputan banjir--bagian perut terlebih dahulu--peduli amat. Yang ia pedulikan saat ini adalah kenyataan : berhasil atau tidak? Nat mengangkat wajah, merasakan dentuman harapan di dalam dadanya.
Well, YES. Masuk.
Tersenyum lebar--jangan tercengang begitu kawan-kawan, serius, ia tersenyum lebar--Nat bergegas bangkit, menggumamkan seruan 'yeah' lirih, kemudian berlari untuk mengambil sang bola. 1-1. Great. Ditepuknya pundak Lazarus, senyum kepuasan ia umbar begitu saja, dengan begitu mengisyaratkan kalimat 'bagus sekali' versi nonverbal. Imbang, rite? Tak ada yang lebih bagus lagi.
Ada apa dengan matahari siang ini, eh? Sedang vakuumkah? Atau memakan gaji buta? Yang pasti, Nat merasakan tubuhnya mulai menggigil, tangannya kaku. Se-sepertinya firasat tak baik mulai menghampiri. "Kawan-kawan!" Ia berseru sekeras mungkin hingga batas maksimum pita suaranya, berusaha mengalahkan rintihan hujan. "Kurasa lebih baik kita sudahi dulu." Ya, end of the game. Terserah sih, yang pasti dirinya keluar, tak ingin sesuatu buruk terjadi. Skor imbang, adil baginya.
(OOC : Intinya, thread closed. Bagi yang ingin repp setelah saya, go ahead. Silahkan.)
Labels: 4-4-2, Gladstone